Wolf Children adalah film animasi Jepang berdurasi 117 menit yang dirilis pada tahun 2012 lalu. Film garapan Mamoru Hosoda ini merupakan sebuah film sederhana namun sarat akan pesan dan makna di dalamnya. Kisah dalam film ini berawal dari seorang mahasiswi Jepang bernama Hana yang jatuh cinta pada seorang manusia serigala. Mereka akhirnya menjalin sebuah hubungan dan akhirnya mereka memutuskan untuk hidup bersama. Setahun kemudian, Hana mengandung lalu melahirkan anak pertamanya yang ia namakan 'Yuki' karena anak perempuannya itu lahir di tengah musim dingin yang bersalju. Satu tahun setelah Yuki lahir, Hana kembali melahirkan anak keduanya yang ia beri nama 'Ame' karena putranya itu lahir ketika hujan sedang turun dengan derasnya.

Tak lama setelah Ame lahir, Hana menemukan suaminya mati karena sebuah kecelakaan ketika sedang berburu untuk makan malam. Dengan membawa kedua anaknya yang masih kecil, Hana menangis dengan keras di tengah hujan atas kepergian suaminya itu. Dengan perasaan sedih dan kehilangan, Hana memutuskan untuk pindah ke sebuah desa terpencil untuk merawat serta membesarkan Ame dan Yuki seorang diri. Ia lalu membeli sebuah rumah sederhana dan memulai kehidupan barunya bersama kedua anak serigalanya.




Wolf Children menggunakan sudut pandang Yuki sebagai orang pertama untuk menuntun jalan ceritanya yang dapat membuat orang menitikan air mata. Arti dari sebuah keluarga yang disajikan secara dramatis sangat terasa di setiap alurnya. Film ini tidak hanya menitikberatkan tentang kasih sayang seorang ibu yang luar biasa untuk anak-anaknya, namun film ini juga ingin menyampaikan pesan bahwa seorang anak dapat menentukan masa depan mereka sendiri dengan segala risiko yang sudah siap untuk mereka jalani.

Film ini mendapat banyak review positif dari para pengamat film dunia. Kisah tentang sebuah keluarga kecil yang dikemas dengan sempurna dalam film Wolf Children ini tak hanya berhasil meraih banyak penghargaan di Jepang sendiri, namun juga berhasil menjadi pemenang di New York International Children's Film Festival untuk kategori Audience Award tahun 2013 lalu. Tak hanya itu, Wolf Children juga berhasil memenangkan dua kategori sekaligus di Films from the South Festival yang diadakan di Norwegia pada tahun yang sama.


Jadi, pastikan kamu sudah melihat filmnya!



- - -




Seperti biasa, the pictures do not belong to me.

Ada perasaan sesak di dada ketika lagi-lagi rasa penasaran ini tanpa sadar membuka kembali kenangan lalu

Suatu hal yang seharusnya tak usahlah kembali diungkit

Tapi, mungkin...

Hal ini tidak akan dapat dilupakan walau telah tenggelam dalam dunia baru

Hal ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, bahkan dengan penyangkalan bertubi-tubi

Ketika melihat percakapan usang, nafas ini tercekat, jantung ini berdebar hebat, tak tahu mesti berbuat

Rasa rindu itu hadir dan tak dapat dipungkiri

Penyesalan itu jelas dan tak dapat terbantahkan

Ingin rasanya memutar waktu, mengulang segala sesuatu

Saat canda dan tawa nampak kentara

Saat pilu dan sendu saling beradu

Saat wajah tak menjadi syarat akan persahabatan murni

Saat sepi terobati oleh mereka yang bahkan tak pernah bersentuhan

Jika dapat kembali ke masa itu, ingin rasanya memeluk mereka satu-satu

Dan berkata bahwa kerinduan yang mendalam akan hadir di tahun-tahun mendatang

Di tahun-tahun ketika semuanya memiliki kepentingan maha tinggi

Ketika semuanya mulai beranjak pergi

Ketika semua keceriaan hanya tinggal kenangan

Mungkin gue terlalu melankolis. Maaf... Tapi, jujur, gue kangen mereka.
Pas gue ngeliat timeline-nya Gin, gue langsung kebayang betapa senengnya gue mention-nan sama dia.
Pun, waktu gue liat timeline agensi RP pertama dan kedua gue... Gimana gue mulai semuanya dari awal, baik itu belajar buat enggak out of character sampai belajar membangun relasi dengan sesama pemain. Dan itu sakit pas dikenang. Sakit karena gue tau kesenangan dan kebahagiaan itu gak akan terulang lagi. Sakit karena gue sadar gue udah gak bisa lagi main RP. Sakit karena sekarang gue gak tau mereka ada di mana, lagi ngapain, dan sebagainya.
Emang sih, ngeberaniin diri buat liat akun-akun RP lama itu nyakitin, tapi juga mengharukan dalam waktu yang bersamaan. Gue gak bisa lepas dari dunia RP gitu aja. GUE BAHKAN MASIH BISA NGERASAIN SUASANA PAS NGE-ROLEPLAY DI RUMAH GUE; DI DEPAN TV, DI TEMPAT TIDUR, DI MEJA MAKAN... SENSASI ITU MASIH BISA GUE RASAIN.
Jujur, gue sedih... Ninggalin mereka hanya karena karakter gue xxxxx xxxx xxxxx xxxx xxx xxxxx. Itu kesalahan terbesar gue... Dan itu fatal akibatnya. Sekarang gue cuma bisa nyesel. Ya udah.

One day, a little girl asked her mother
Mama, mama, mama
Can I kiss a girl?
Cause I think I like her
 
The next day, this little girl asked her mother again, crying
Mama, mama, mama
Why did you slap me?
It really hurts
 
On Sunday, this little girl had to tell her mother the good news
Mama, mama, mama
I have a boyfriend
He raped me just now

12 months passed and god came to this little girl
Darling, darling, darling
Someday you will know
That your purity is not down there
And sister.
Akhir-akhir ini, seorang gadissebut saja Gadissedang ada dalam keadaan yang sangat bodoh; larut dalam kebohongannya sendiri. Dia selalu menyalahkan seorang lelakisebut saja namanya Lelakiatas apa yang terjadi pada hubungan mereka. Gadis tidak ingin menyalahkan mantan temannyasebut saja Mantan Temanatas berakhirnya hubungan dia dengan Lelaki. Padahal Gadis tahu betul, jauh di dalam lubuk hatinya, ia tak pernah berhenti mengumpat kepada Mantan Teman karena menurutnya, Mantan Temanlah yang terlebih dulu berbuat jahat kepadanya.

Gadis mempunyai seorang temansebut saja Temanyang belakangan ini selalu menjadi tempatnya bercerita mengenai hubungannya dengan Lelaki. Mereka berdua; Gadis dan Teman, sepakat bahwa dalam kasus ini Lelakilah yang salah. Lelaki terlalu percaya diri dan merasa bahwa dirinya sangat tampan sehingga seluruh wanita di Bumi dan Saturnus akan bertekuk lutut di hadapannya. Gadis dan Teman sepakat untuk menjadikan Lelaki sebagai tokoh antagonis dalam cerita ini. Oh iya, saya lupa menyebutkan bahwa Teman dan Mantan Teman berteman. Jadi, Gadis sekarang berteman dengan Teman, namun sudah tidak lagi berteman dengan Mantan Teman, tapi Teman dan Mantan Teman masih berteman. Jadi, di sini peran Teman adalah sebagai mediatorah, tidaklebih tepatnya seorang yang netral. Rumit, memang.

Namun sore tadi, Gadis menemukan sebuah percakapan melalui pesan pribadi yang disediakan Twitter yang membuat dirinya kesal seketika.

Ternyata...

Hati kecilnya memang benar. Mantan Teman memang seorang antagonis.


Walau mulut dan sikap Gadis menyatakan bahwa Lelakilah yang sepenuhnya bersalah, namun hati kecilnya mengatakan bahwa Mantan Teman juga bersalah. Dan itu terbukti.


Saya tidak perlu menceritakan isi dari percakapan singkat yang Gadis temukan. Kalian cukup tahu saja bahwa Gadis kini sangatlah kecewa, sekaligus bangga akan kebenaran hati kecilnya.


Gadis... Ia terlalu naif untuk mengakui bahwa ia tidak suka kepada Mantan Teman di hadapan Teman. Namun berkat kejadian ini, ia langsung berkata kepada Teman bahwa sekarang ia kesal sekali kepada Mantan Teman. Gadis tidak peduli tentang kenyataan bahwa Teman dan Mantan Teman masih berteman.

Tapi Gadis merasa lega. Itu kabar baiknya.

Dan kabar baik selanjutnya, Gadis tidak perlu merasakan kesal, kecewa, dan sedih berkepanjangan karena ada banyak hal yang dapat membuatnya tertawa.

End






Cerita ini sepenuhnya menggunakan pandangan saya sebagai penulis. Kejadian di atas memang benar-benar terjadi. Tapi, mungkin, akan ada versi lain mengenai alur dan perwatakan tokohnya jika kejadian tersebut diceritakan kembali berdasarkan pandangan dari orang yang berbeda.
I know... It would sound so cheap, that I love someone I've never even met. I do love him----or 'her', I don't know. Through many blogs which he (or might be she) had been following, I, still, can't find the true form of himor herself. I don't want to argue with the fact about how I come to be so selfish, imagining this person always to be a guy, depending on my brittle feeling... But eventually I win. I don't care about the truth. So from now on, let's call this person.... 'him'.

If my friend never asked me to solve a riddle, I would never search that holy keyword 'riddle' (it's not the only keyword I used, of course, but the important word of the key was 'riddle') on Google and find his blog accidentally.

So, at first, I just did what I should do, which was reading the whole I-am-kinda-looking-for article, and I should have stopped right after it'd been perfectly done.
It should've been enough.

But the fact was... I got trapped by his another article and I got trapped in his another article and I did it again and again.

Therefore, I dripped.

I just loved the way he wrote all his posts. I just loved the way he'd been acting so wise. I loved the way he tried to hide the real him all time, and it successfully worked. He was sophisticaded. Yet, that's the thing which made me freaking love him.

He was mysterious.

He was tricky.

He was, perhaps, deceiving.

He was like a riddle.

Just like another 'him'.

Him. Yes, him. My riddle.

:)

And don't even bother caring about this new 'him', I'm not going to tell you anyway. So, maybe next time.
You can find your love in a book that you accidentally found in a library. :)

Bulan Desember tahun lalu, sebuah epic drama dengan judul ‘Penjara’ dipentaskan di salah satu fakultas sebuah universitas di Indonesia. Drama tersebut mengusung tema kebebasan. Ya, kebebasan. Para aktor yang berperan sebagai tahanan merasa haus dan rindu akan kebebasan yang telah lama terkurung di balik kalutnya aturan. Namun, haruskah kebebasan itu memiliki eksistensi…… di sebuah penjara?
BmNXTFYCMAAyMtn.jpg-large
Ya sah-sah saja, kan? Mana ada manusia yang mau hidup dengan aturan yang membelitnya? Bahkan untuk seorang tahanan penjara sekalipun.
Jadi… aturan itu sebenarnya jahat, ya?
Bahkan segaris kalimat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mengakui itu. Bebas; berarti tidak terikat atau terbatas oleh aturan.
BmIK-WgCcAAIh0W.jpg-large
Pernah berpikir kenapa aturan itu bisa ada? Apakah jika semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak diatur, dunia ini akan hancur? Entahlah. Jika dapat ditarik sebuah kesimpulan konyol, mungkin akan ada garis yang mengatakan jika semua manusia di atas bumi ini baik, maka aturan tidak perlu ada. Jika setiap manusia tidak kenal apa itu kejahatan, maka kebebasan akan tercipta.
Huh?
Bingung.
Tunggu dulu.
Enigma yang rumit, memang.
Maksudnya, jikalau manusia-manusia agung ciptaan Tuhan ini hanya mengenal kebaikan saja, maka, apa yang harus diatur dari setiap perbuatan mereka? Jika manusia hanya mengenal kebaikan saja, maka setiap perbuatan yang mereka lakukan tidak akan berdampak buruk bagi manusia lainnya. Segala sesuatu yang bebas mereka lakukan terbungkus rapi di dalam sebuah selimut yang lembut bernama kebaikan.
Kebaikan itu tidak perlu diatur, kan?
Yah… Walaupun dalam kenyataannya, di mana ada yin, pasti di situ ada yang. Di mana ada putih, di situ ada hitam. Pun di mana ada atas, di situ pula akan ada bawah. Semua yang ada di dunia ini ada kontradiksinya. Dan hal yang paling penting, di mana ada kebaikan, pasti di situ akan ada saja kejahatan.
Tapi, apa mungkin jika di dunia ini tidak ada yang namanya aturan? Apa mungkin di dunia ini manusia hanya mengenal kebaikan saja? Mmm… Mungkin saja! Kau bisa bebas berkhayal bahwa yang namanya aturan tidak pernah ada di setiap zaman yang pernah dihuni manusia mana pun. Kau bebas melakukan apa saja di pikiranmu. Ya, ya! Benar! Kepalamu, imajinasimu, itu adalah tempat yang paling tepat untuk mengetahui esensi akan sebuah kebebasan. Di sana, kau aman melakukan apa pun.
Bebaslah sebebas-bebasnya di sana. Tak ada aturan yang mengekang. Dan jika kau telah kembali pulang pada kenyataan, jangan lupa patuhi aturan yang ada.
Pikiranmu, negeri dongengmu. Dan, ya… Garisan kalimat di atas tadi adalah imaji kebebasan di negeri dongengku.
Hey...

I'm kinda bored, waiting for the next class that has been settled to start at 1 p.m. I just want to knock myself out to sleep but yeah, college things become walls that close my fun-time all of sudden. Lmao.


While listening to 'Say Something', I'm awfully starving here.


Ok.


That's weird.


Bye.
Nature...
Hear it...
Know it...
Bear with it...
Touch it...
Smell it...
Taste it...
Be it...


Yay! I've just finished my class, which was The Introduction of Japanese Culture, and now I'm in an awesome mood to tell you about the lecture.

It was about Fudo (風土), a concept of climate by Watsuji Tetsuro. He was a Japanese Philosopher who had made that Fudo concept, which explains us that every single part of world's climate relates with cultures and ethics.



You can browse more about Watsuji Tetsuro for further informations.

I won't write any longer about what Tetsuro's theory was; nevertheless, I want to share you what my lecturer had said that made me get an echo on my mind.




Do you hear that? The solid ground, fresh grass, old oak, high mountain, pure river, the air... You know what? They could be known so well; also, you could've born with them. You could touch them, smell them and taste them.

Be Nature.

OKAY, THAT'S WEIRD! XD