Ternyata…

Akhir-akhir ini, seorang gadissebut saja Gadissedang ada dalam keadaan yang sangat bodoh; larut dalam kebohongannya sendiri. Dia selalu menyalahkan seorang lelakisebut saja namanya Lelakiatas apa yang terjadi pada hubungan mereka. Gadis tidak ingin menyalahkan mantan temannyasebut saja Mantan Temanatas berakhirnya hubungan dia dengan Lelaki. Padahal Gadis tahu betul, jauh di dalam lubuk hatinya, ia tak pernah berhenti mengumpat kepada Mantan Teman karena menurutnya, Mantan Temanlah yang terlebih dulu berbuat jahat kepadanya.

Gadis mempunyai seorang temansebut saja Temanyang belakangan ini selalu menjadi tempatnya bercerita mengenai hubungannya dengan Lelaki. Mereka berdua; Gadis dan Teman, sepakat bahwa dalam kasus ini Lelakilah yang salah. Lelaki terlalu percaya diri dan merasa bahwa dirinya sangat tampan sehingga seluruh wanita di Bumi dan Saturnus akan bertekuk lutut di hadapannya. Gadis dan Teman sepakat untuk menjadikan Lelaki sebagai tokoh antagonis dalam cerita ini. Oh iya, saya lupa menyebutkan bahwa Teman dan Mantan Teman berteman. Jadi, Gadis sekarang berteman dengan Teman, namun sudah tidak lagi berteman dengan Mantan Teman, tapi Teman dan Mantan Teman masih berteman. Jadi, di sini peran Teman adalah sebagai mediatorah, tidaklebih tepatnya seorang yang netral. Rumit, memang.

Namun sore tadi, Gadis menemukan sebuah percakapan melalui pesan pribadi yang disediakan Twitter yang membuat dirinya kesal seketika.

Ternyata...

Hati kecilnya memang benar. Mantan Teman memang seorang antagonis.


Walau mulut dan sikap Gadis menyatakan bahwa Lelakilah yang sepenuhnya bersalah, namun hati kecilnya mengatakan bahwa Mantan Teman juga bersalah. Dan itu terbukti.


Saya tidak perlu menceritakan isi dari percakapan singkat yang Gadis temukan. Kalian cukup tahu saja bahwa Gadis kini sangatlah kecewa, sekaligus bangga akan kebenaran hati kecilnya.


Gadis... Ia terlalu naif untuk mengakui bahwa ia tidak suka kepada Mantan Teman di hadapan Teman. Namun berkat kejadian ini, ia langsung berkata kepada Teman bahwa sekarang ia kesal sekali kepada Mantan Teman. Gadis tidak peduli tentang kenyataan bahwa Teman dan Mantan Teman masih berteman.

Tapi Gadis merasa lega. Itu kabar baiknya.

Dan kabar baik selanjutnya, Gadis tidak perlu merasakan kesal, kecewa, dan sedih berkepanjangan karena ada banyak hal yang dapat membuatnya tertawa.

End






Cerita ini sepenuhnya menggunakan pandangan saya sebagai penulis. Kejadian di atas memang benar-benar terjadi. Tapi, mungkin, akan ada versi lain mengenai alur dan perwatakan tokohnya jika kejadian tersebut diceritakan kembali berdasarkan pandangan dari orang yang berbeda.

0 comments:

Post a Comment